Mentari 1109
Menyaksikan hatiku kembali terisi sesuatu yang sebelumnya telah kubuang.
Rasa ini jelas hadir lagi. Tapi kali ini tak akan ku delete. Walau harus menahan gejolak, menahan luapan asmara yang ingin membuncah. Sakit, perih kuabaikan. Walau ku tak tahu endingnya bahagia atau semakin membenih luka. Ku nikmati saja.
wa wa wa wa...
:) :) :) :)
Tak tahu harus bagaimana mengungkapkan rasa ini, ingin menyemburkannya kemana?
Seneng banget... ... ...
Ketemu abang2 KPJ, ++ kenalan sama yang satu daerah ma aku, beribu rasanya. cakep2, baik2, ramah2, + senyumnya itu menyejukkan jiwa.
Cukup.
Tak harus lebih lagi, karena berlebihan itu tak baik. Walau hati ini begitu ingin berlanjut pada hal lebih itu.
Robbi....
Aku harus bagaimana?
Rahman...
petunjuk_Mu begitu kudambakan. :)
Jumat, 08 November 2013
senja
Senja, 1024
Menyaksikan dua cucu adam saling bersua.
Diam memperhatikan, diam mencuri pandang, diam merampok senyuman
Diam lagi, lagi-lagi diam, hanya diam,
Aku tak tahu apa yang kurasa. Suka, sayang, atau hanya rasa kagum sesaat yang buatku tersesat?
Entahlah. Tak mengerti dengan hati ini. Begitu mudah menimbulkan rasa buat seseorang yang baru pertama bersua. Cinta? Apakah cinta itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumnya sudah berjuta kali bilang ke pasangan-pasangan lamanya, “ia adalah cinta sejatiku!” (nyontek: Berjuta Rasanya, Tere Liye).
Menyaksikan dua cucu adam saling bersua.
Diam memperhatikan, diam mencuri pandang, diam merampok senyuman
Diam lagi, lagi-lagi diam, hanya diam,
Aku tak tahu apa yang kurasa. Suka, sayang, atau hanya rasa kagum sesaat yang buatku tersesat?
Entahlah. Tak mengerti dengan hati ini. Begitu mudah menimbulkan rasa buat seseorang yang baru pertama bersua. Cinta? Apakah cinta itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumnya sudah berjuta kali bilang ke pasangan-pasangan lamanya, “ia adalah cinta sejatiku!” (nyontek: Berjuta Rasanya, Tere Liye).
Bagaimana harus
memulai ya?
Awalnya Cuma inboxkan, berlanjut ke smsan, hingga pertemuan, endingnya gak smsan, gak inboxkan, apalagi ketemuan. Yang buat aku lupa diri, gak mandi pagi, bikin kurus diri. Uiiiihhh...
Awalnya Cuma inboxkan, berlanjut ke smsan, hingga pertemuan, endingnya gak smsan, gak inboxkan, apalagi ketemuan. Yang buat aku lupa diri, gak mandi pagi, bikin kurus diri. Uiiiihhh...
Ekhm..
Sebagai seorang akhwat... ciiee.. :) harusnya aku bisa mengontrol perasaan-perasaan yg datang tak diundang, tanpa mengetuk pintu, apalagi mengucap salam. Adududuhhh apa ciiii.... :) yeahh maunya aku abaikan, tapi sayang berjuta cinta, hatiku menolak atau aku yang memaksa kehendak untuk terus membuatnya bertapa di hati, bersemayam di kepala, berkelana di nadi.
Wajahnya, senyumnya, cara bicaranya, lembutnya, wibawanya, dan nya nya nya lainnya. Aduuhh jadi nglanturkan. Inti bin pokoknya, si dia tak bisa hilang dari pikiranku, tak bisa kumengerti kaki dikepala kepala dikaki, ehhh ni kan lagu peterpan..hihihii..
Inti bin pokoknya lagi aku seperti anak SMA yang cinta kelincian, bukan monyetan lagi. Lagi-lagi inti bin pokoknya aku berharap sesuatu yang lebih, sampai berdoa-doa mohon ampun pada_Nya atas segala dosa-dosa yang disengaja apalagi memang sengaja ehhh... maksudnya doaku agar didekatkan dengannya. Yah namanya doa gak baik bin gak bener ya gak terkabul... :(
Berhari minggu berbulan gak sampai tahun meranalah aku menahan semuanya. Kusadari diri ini tak mungkin dengannya, apalagi dia tak mungkin denganku. Aku yang gak cantik tapi manis, aku yang gak tau seksi ato gak, karena bodiku gak keliatan tertutup blues panjang. Aku yang pinter banget gak, tapi dijuluki cucu Einstein. Aku yang gak sombong tapi takabur. Aku yang.... uuaahhhh.... ntahlah aku yang apalagi..
Sebagai seorang akhwat... ciiee.. :) harusnya aku bisa mengontrol perasaan-perasaan yg datang tak diundang, tanpa mengetuk pintu, apalagi mengucap salam. Adududuhhh apa ciiii.... :) yeahh maunya aku abaikan, tapi sayang berjuta cinta, hatiku menolak atau aku yang memaksa kehendak untuk terus membuatnya bertapa di hati, bersemayam di kepala, berkelana di nadi.
Wajahnya, senyumnya, cara bicaranya, lembutnya, wibawanya, dan nya nya nya lainnya. Aduuhh jadi nglanturkan. Inti bin pokoknya, si dia tak bisa hilang dari pikiranku, tak bisa kumengerti kaki dikepala kepala dikaki, ehhh ni kan lagu peterpan..hihihii..
Inti bin pokoknya lagi aku seperti anak SMA yang cinta kelincian, bukan monyetan lagi. Lagi-lagi inti bin pokoknya aku berharap sesuatu yang lebih, sampai berdoa-doa mohon ampun pada_Nya atas segala dosa-dosa yang disengaja apalagi memang sengaja ehhh... maksudnya doaku agar didekatkan dengannya. Yah namanya doa gak baik bin gak bener ya gak terkabul... :(
Berhari minggu berbulan gak sampai tahun meranalah aku menahan semuanya. Kusadari diri ini tak mungkin dengannya, apalagi dia tak mungkin denganku. Aku yang gak cantik tapi manis, aku yang gak tau seksi ato gak, karena bodiku gak keliatan tertutup blues panjang. Aku yang pinter banget gak, tapi dijuluki cucu Einstein. Aku yang gak sombong tapi takabur. Aku yang.... uuaahhhh.... ntahlah aku yang apalagi..
senja 1029
Lagi, inti bin pokoknya harus kulupakan dia, perlahan tapi lamban mendelete semua, seluruh tentangnya. Di saksikan senja 1029 ikrarku terucap.
Lagi, inti bin pokoknya harus kulupakan dia, perlahan tapi lamban mendelete semua, seluruh tentangnya. Di saksikan senja 1029 ikrarku terucap.
gelap 1108
Sampai akhirnya
malam ini, 1108, 21:42:28 tiba-tiba dia kembali nongol, tak diundang, tak
mengetuk pintu apalagi mengucap salam, sedikit meruntuhkan
gerbangku yang telah tertutup rapat pake gembok dg berat 1000kg.
hening...
itupun ku jawab dg berpikir seribu tahun, ehhh seribu detik ding, cz ragu dan tak ingin rasa itu hadir lagi.
Robbi...
aku harus bagaimana? Atau dia yang harus bagaimana?
Kutinggalkan kajian atau kuabaikan ajakannya?
Galau lagi...
Aku harus jawab apa guys?
:) :(
Kutinggalkan kajian atau kuabaikan ajakannya?
Galau lagi...
Aku harus jawab apa guys?
:) :(
Langganan:
Postingan (Atom)