genggam duniamu dengan ilmu

Selasa, 03 Juni 2014

First Date





            Hore_e ... !!!
Moment yang sangat kutunggu-tunggu, kunanti-nanti. Selalu kupanjatkan dalam doa pagi sore, siang malam, sampai bertapa di merapi. Akhirnya terkabul juga. Kencan oh kencan!
Hal yang katanya wajib bagi mereka yang berstatus pacaran. Masa yang tak pernah dilewati mini bus, eh muda-mudi. Waktu yang selalu ditunggu setiap akhir pekan. Persiapan selalu nomor satu, demi kencan malam minggu.
Begitu pula denganku. Satu minggu sebelum kencan datang, sudah kumulai mempersiapkan segala sesuatunya. Pakai baju apa? Rok yang mana? Kerudung warna apa? Tas ransel atau sempang? Dompet kulit? Sepatu kets atau high? Dan berbagai aksesoris lainnya tertata dengan rapi siap pakai. Ini kencan pertamaku. Harus benar-benar tampil anggun mempesona. Benar-benar bikin pusing sepuluh keliling bandara Adi Sucipto. Hohoho ...
Eits ...
Seorang Tika si Ukhty Ceriwis nan manis, suka nangis, bisa kencan juga??? Tika yang kerjanya mengukur jalan, reportase sana-sini? Tika yang dikenal cuap-cuapnya doang tanpa tahu wujudnya? Tika yang kapanpun, dimanapun tak pernah berhenti mengeluakan suara emasnya? Tika yang ... yang ... yang ... ya, yang itu. Cuma ada satu Tika kok di dunia ini. Kencan? Tika? Emang kenapa sih? Masbuloh? ^_^
Maafin ya Bunda-Bunda*, anakmu ini sudah melangkah ke zona berbahaya. I’m sorry ya Mbak-Mbak* and Mas-mas*, adekmu berhasil berada satu point di depan kalian. Hal ini benar-benar disengaja dan dilakukan dengan kesadaran ekstra. Tapi tenang saja, ini bukan kencan yang biasa dilakukan para penghuni pohon toge sampai beranak cabe-cabean kok.
Jika biasanya kencan itu oleh dua insan yang beda jenis kelamin, aku justru memilih spesies yang sama persis denganku. Bukan jeruk makan jeruk kok. Cuma apel makan apel, ups. Kencanku juga beda jauh dengan mereka yang hanya berdua, diisi dengan rayuan gombal di malam minggu.
Karena, teman kencanku adalah Bunda Asma Nadia ^_^ . Tepatnya sabtu, 15 maret 2014, dalam acara “inspiring woman talk” aku dan Bunda Asma nge-date di psikologi UGM. Kencan kami diisi dengan berbagai jenis syair penuh cinta, motivasi kasih sayang, nada-nada syahdu yang menggetarkan seluruh nadi, bermuara dihati, menusuk kedalam jantung. Terekam di otak, teaplikasi di hari-hari yang tak akan lagi sepi. Benar-benar kencan yang amazing, bukan ^_^ .
Kecemburuan sempat menderaku. Bunda Asma selalu berdiri di depan, pojok sebelah kiri. Yah, aku juga duduk di deretan kursi depan pojok kok, tapi disebelah kanan. Selalu kutunggu langkah Bunda mendekat, tapi yah, hanya tetap menunggu hingga berlalunya waktu. Semakin jealous saat tak seorangpun memberiku kesempatan memuntahkan melodi-melodi yang telah kuhapal selama seminggu buat Bunda.
Akhirnya, kubalas semua itu dengan mendominasi sesi pemotretan, kamera hanya berisi aku dan Bunda ^_^ .
Terima kasih Bunda. Benar-benar first date terindah buatku. Kencan yang tak pernah kupikirkan selama ini, hanya terlintas dalam mimpi. Memang kuyakin kitakan bertemu. Hanya saja, masih tak percaya akan secepat itu.
Selalu kuingat nada-nada cintamu :
“Jadilah muslimah seperti Aisyah ra.”
“Jangan menghabiskan waktu, energi, dan pikiran untuk seseorang yang tak mengukir namamu dihatinya”
“Menjadi pemimpin itu tidak harus menjadi presiden dulu, gubernur, walikota dan lain sebagainya. Setiap kita adalah pemimpin”
“Pemimipin bukan orang yang hanya kaya, tapi bisa menginspirasi, bisa mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan, untuk menjadi lebih kreatif, untuk menolong yang lain”
“Pemimpin itu yang tangannya diatas, pemimpin itu yang cepat memberi”
Dan lain-lain, dan seterusnya dan sebagainya.
Pesan paling penting, udah tahukan “Assalamu’alaikum Beijing” mau di filmkan. Nyo_Ok ntar KBM Akbar nobar, hehehe.

Yogyakarta, 03/15/14, 22:17
“Penyiar yang Penyair”
  

Aku sayang kamu, kamu juga?




Menulis itu bukan hal yang mudah. Meski sudah berpuluh buku kubaca, beribu fiksi kuraba, ratusan puisi kucerna. Tetap saja aku tak mampu mengunggah kata menjadikannya kalimat indah bak instrumen musik yang menggelora. Metode Papa Isa telah kuterapkan. Aliran Bang Agung telah kulakukan. Cara-cara Mas Dj telah kujalankan. Tetap saja tak ada sya’ir yang bisa dibanggakan. Hingga dengan hati berbunga-bunga bak tengah jatuh cinta kutabuhkan gendrang peperangan dengan menulis.
Tuntutan senior hampir membuatku galau berkepanjangan. Menulis laporan utama untuk buletin fakultas. Tentu saja aku tak akan lari dari tanggung jawab. Reportase lingkungan sekitar kampus telah kujalankan, bahkan siap kulaporkan. Tapi jangan suruh aku menulisnya. Karena tak akan ada kata yang mengasyikkan menjadi paragraf untuk dibaca. Bukan aku tak berusaha. Bahkan strategi para Bunda*pun telah kucoba. Hasilnya hanya mampu menyusun lima kata, “aku sayang kamu, kamu juga?”. Hanya ke dukun yang belum kucoba dengan alasan takut syirik jadinya.
Kata best friendku, aku termasuk mahasiswa yang beruntung bisa bergelut di jurnalistik kampus. Beribu pendaftar dan aku menjadi yang terpilih. Kutegaskan duakali lagi kalau aku tak bisa menulis, yang akhirnya tugasku hanya sebagai pemburu berita, reportase, tetapi tidak termasuk menulisnya. Beruntung bukan...
Aku mengutuk diri saat akhirnya harus berbaikan dengan menulis. Bukan dengan alasan besar, hanya karena kertas berisi coretan “aku sayang kamu, kamu juga?” terselip dalam buku laporan yang kuserahkan pada senior kemarin. Dia sedikit emosi karena menganggapku tak profesional dalam bekerja. Tiga empat kali kujelaskan bahwa itu bukan surat cinta layaknya zaman purba melainkan coretanku berusaha menulis. Tapi dia tak percaya, hingga akhirnya aku bersahabat dengan kertas dan pena. Ya sudahlah.

(Bukan) Ada Apa Dengan Cinta

Perjalanan selalu melahirkan cinta, kenangan, dan sesuatu yang akan membuat kita kian dekat dengan Allah. Dalam perjalanan itu, tentu kita bertemu dengan berbagai sosok, karakter dan penampilan yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Diantara beragam insan tersebut, kutemukan satu adam yang begitu menawan.

Entah sejak kapan dimulai. Dia selalu dihatiku, bahkan senyum kecilnya membuatku sangat bersemangat. Seolah-seolah senyum itu selalu menungguku. Ksatria lugu berkacamata, menyambut mentari dengan duha, menenteng kitab dengan balutan koko serta kopiah putih yang selalu bertengger di kepala. Impian bersamanya pun terselip dalam setiap doa. Berharap Sang Pemilik Kehidupan mengabulkannya. Dia satu-satunya. Tak ingin yang lain. Hanya dia.

Tiba saat lembaran merah jambu sampai ditangan. Tertegun, tak dapat berbuat apa-apa menyaksikan tinta emas mengukir namanya yang bersanding dengan nama hawa lain. Seketika meruntuhkan gerbang asmara yang berdiri kokoh. Menggugurkan benih-benih cinta yang baru tumbuh. Broken heart? Ya. Tak rela? Tentu. Ikhlas? Entahlah. Gantung diri? Jangan! Jangan sampai tidak jadi. Hehehe (just kidding).

Sebagian kita tentu pernah mengalami kejadian di atas. Saat telah menggantungkan asa setinggi bintang di langit dengan warna-warni pelangi. Tapi seketika harus landing di gurun pasir. Impian hanya
menyisakan luka yang kian hari semakin bernanah. Mulailah curhat ke
facebook, maki-maki di twitter, merajuk di blog, dengerin lagu galau. Berharap dunia memperhatikan. Seolah-seolah hanya kitalah yang mempunyai masalah di bumi ini.

Sahabat, setiap sesuatu yang kita miliki tentu akan tiba masanya ia pergi. Entah itu dalam bentuk barang atau jiwa yang tenang. Tapi yakinlah akan ada pelangi setelah hujan. Matahari tetap benderang di kala siang. Rembulan tetap bersinar saat malam datang. Allah akan mengganti dengan yang lebih baik dari apa yang sebelumnya kita punya. Termasuk rasa cinta yang datang dan pergi, Allah juga akan menukar dengan cinta yang lebih baik lagi.

Sahabat, satu hal yang mesti diyakini bahwa cinta tak selamanya
melukiskan hal-hal indah. Cinta adalah alasan seseorang mempunyai
perasaan aneh. Kesedihan adalah cinta, benci adalah cinta, rasa sakit
juga cinta. Karena seseorang kau terluka dan merasa benci. Cinta seperti itu, memudar. Setelah beberapa waktu akan dilupakan orang. Saat satu cinta pergi, maka akan datang cinta yang lain.

Ada masanya cinta berubah menjadi hal yang paling mengerikan bahkan dianggap ekstrim. Saat cinta tidak ditujukan pada apa yang seharusnya dijadikan cinta maka ia menjadi marah. Ketika cinta tidak diberikan pada sesuatu atau seseorang yang seharusnya menerima cinta, maka ia menjadi kejam. So, jangan protes saat cinta meninggalkanmu, tak perlu bersedih dikala cinta pergi menjauh.

Cinta sejati adalah rasa yang datang dari Allah dan kembali kepada-Nya pula. Allah selalu memberi cinta sesuai dengan kadar cinta yang kita butuhkan. Allah beri kita rasa cinta terhadap orang tua yang kita tuangkan dalam cangkir pengabdian. Allah anugerahkan kepada kita cinta untuk saudara sesama muslim yang kita hidangkan di atas piring silaturrahim, saling membantu, mengasihi yang muda, menghormati yang tua. Bahkan Sang Haliq mengkaruniakan bagi kita cinta yang akan kita kembalikan padanya melalui sepertiga malam, menyambut senyum mentari dengan duha, melaksanakan yang wajib, melengkapi dengan sunnah, serta menjauhi, meninggalkan bahkan melupakan yang maksiat. Begitu indah cinta yang Allah beri pada hamba-Nya.

So, kembalikanlah cinta itu pada Pemilik Sejati-Nya. Tempatkanlah cinta pada ruang yang seharusnya. Hiasi cinta dengan iman dan taqwa. Landasi cinta karena-Nya. Jika cinta kita pada Sang Maha Pemelihara melebihi cinta pada ciptaan-Nya niscaya cinta itu akan indah dengan sendirinya dan menjadi rasa yang menciptakan kedamaian, ketentraman dalam hati dan jiwa anak-anak manusia. Biarkan Allah yang mengatur kemana karamnya cinta kita.

yogyakarta, 04/24/2014