genggam duniamu dengan ilmu

Rabu, 01 Mei 2013

sastra picisan part two


Love is Coffe
“cinta itu seperti kita minum kopi, diminum saat hangat akan terasa nikmat namun cepat habis, diminum perlahan terasa lebih nikmat tapi mudah dingin”.
“yang bener Rin, bukannya kopi bikin kita begadang terus akhirnya bangun telat dan tidak diizinkan masuk kuliah ya”. Jawabanku disambut tawa renyah Arin.
“Mas Irul bisa aja, beda perspektif Mas.” Katanya sambil menyeruput cappucinonya.
Aku ikut tertawa dengannya. Begitu pula hari-hari yang telah berlalu dengan capppucino yang selalu kami nikmati bersama. Arin begitu istimewa buatku. Bukan karena statusnya sebagai putri orang nomor satu dikampus, melainkan ada sesuatu yang terasa berbeda setiap kali aku didekatnya. Terutama saat menikmati cappucino. Disetiap satu tegukan yang melewati kerongkongan membuatku melayang-layang dicakrawala ditemani bintang-bintang yang menari, planet-planet yang bernyanyi, meteor-meteor yang berputar seirama membentuk love. Hingga tak kuhiraukan panggilan disekitar yang kuartikan sebagai alunan musik yang menambah indahnya suasana hati. Aku semakin terlena.
“IRUL!!!”
Panggilan keras di telingaku membuatku terkejut. Meteor-meteor, planet-planet, bulan bintang di sekelilingku berganti menjadi meja dan kursi yang diduduki teman-temanku. Terlebih wajah Pak Edy dosen killer berdiri tegap didepanku. Aku tersenyum malu.
Hal inilah yang terus terjadi setiap kali aku menikmati cappucino bersama Arin. hingga tak sadar ternyata telah berada di kelas. Karena cappucino itu pula aku jatuh cinta pada Arin dan cinta yang tak ingin segera ku ungkap. Nanti cepat berakhir atau malah menjadi hambar,  seperti kita minum kopi, diminum saat hangat akan terasa nikmat namun cepat habis, diminum perlahan terasa lebih nikmat tapi mudah dingin.
@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar